Mars Penyuluhan Pertanian

Minggu, 06 Mei 2018

Motivasi Petani Dalam Menerapkan Teknologi Produksi Kakao


MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI
PRODUKSI KAKAO
            Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri petani baik yg berasal dari dalam diri atau dari luar diri seseorang untuk menerapkan teknologi produksi kakao. Distribusi petani responden berdasarkan tingkat motivasi dalam menerapkan teknologi produksi kakao disajikan dalam Tabel 1. Motivasi petani kakao dalam menerapkan teknologi produksi kakao berada pada kategori sedang, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ektrinsik.

Tabel 1.           Distribusi Petani Respoden berdasarkan Tingkat Motivasi dalam Menerapkan Teknologi Produksi Kakao
Motivasi

Rataan Skor*
Instrinsik
Memenuhi kebutuhan
Menjalin pergaulan
Merasa dihargai
Bersemangat
Menyenangkan
Kemauan sendiri

1,93
2,38
2,10
2,05
2,38
2,10
2,15
Ekstrinsik
Mengutamakan mutu produk
Bekerja efektif
Tingginya harga kakao
Tidak merugikan
Bekerja efisien
Anjuran orang lain

2,15
2,15
2,23
2,00
2,03
1,78
2,05
Total Rataan Skor

2,10
Keterangan: *Rataan skor 1,00 – 1,66 = rendah, 1,67 – 2,33 = sedang, 2,34 – 3,00 = tinggi
           
            Tabel 1. Menunjukan bahwa motivasi petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao adalah sedang. Demikian pula dengan motivasi petani karena merasa dihargai, bersemangat dalam bekerja, dan atas kemauan sendiri, sedangkan motivasi petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao karena membantu menjalin pergaulan dan menyenangkan dalam bekerja termasuk kedalam kategori tinggi.
            Petani merasa bahwa dengan menerapkan teknologi tersebut menjadikan buah-buah kakao menjadi lebih baik, antara lain kuantitas buah bertambah, dan kualitas buah lebih baik, sehingga dari hasil penjualannya diperoleh harga yang lebih tinggi dan petani merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari/kebutuhan pokoknya. Melalui penerapan teknologi tersebut petani juga merasa sangat mudah dalam menjalin pergaulan dalam masyarakat, karena petani yang telah menerapkan teknologi menjadi tempat bertanya bagi petani lain yang belum menerapkan. Siagian (2004) menyatakan bahwa kegairahan kerja seseorang akan meningkat apabila ia diterima sebagai anggota suatu kelompok, perasaan demikian menimbulkan kemauan untuk memberikan sumbangsih yang lebih kepada kelompok untuk mencapai tujuannya.
            Petani yang dijadikan sebagai tempat bertanya bagi petani lain, membuat petani yang telah menerapkan merasa dihargai dalam masyarakat, selin itu kuantitas dan kualitas hasil panen yang diperoleh melalui penerapakan teknologi produksi kakao menjadi bahan pembicaraan di kalangan petani dan petani lain memberi pujian menyangkut hasil panen tersebut. Petani kakao merasakan bahwa penerapan teknologi membuat petani menyenangkan dalam bekerja. Teknologi pemupukan yang diberikan pasa saat pelatihan membuat petani menjadi tahu tentang tekbis dan dosis pupuk yang harus digunakan, sehingga dengan demikian petani dapat memperikirakan biaya yang harus dikeluarkan dan menghitung hasil yang akan diperoleh, hal ini merupakan salah satu yang menyenangkan dan membuat semangat petani kakao dalam bekerja.
            Kemauan sendiri cukup mendorong petani untuk melakukan penerapan teknologi produksi kakao, yang berarti bahwa pada umumnya petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao karena atas kemauan sendiri, bukan karena dipaksa atau terpaksa. Petani menyadari pentingnya menerapkan teknologi produksi kakao dalam memperbaiki usahataninya.
            Motivasi petani menerapkan teknologi produksi kakao karena mengutamakan mutu produk, bekerja efektif, tingginya harga kakao, bekerja efisien, tidak merugikan, dan anjuran orang lain termasuk kategori sedang. Petani merasa bahwa mengutamakan mutu produk cukup mendorong untuk melakukan penerapan teknologi. Mutu produk hasil penerapan teknologi salah satunya dapat dilihat dari buah kakao yang sehat, mengandung biji yang sehat, tidak kempes, tidak melekat satu sama lain, serta berisi. Berikut buah kakao yang sehat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1.       Buah Kakao yang Sehat
Related image
            Petani merasa dengan menerapkan teknologi produksi kakao cukup memberikan keuntungan. Keuntungan yang dirasakan tidak hanya berupakan keuntungan finansial, tetapi juga keuntungan non finansial dengan bertambahnya pengetahuan serta keterampilan petani melalui penerapan teknologi tersebut. Selain itu adanya urutan-urutan kegiatan dalam menerapkan teknologi produksi kakao dinilai dapat membuat peni bekerja secara efektif, misalnya kegiatan pengaplikasian pupuk dilakukan setelah pemangkasan tanaman. Demikian pula dengan pemeliharaan semut hitam sebagai upaya pengendalian hama helopeltis spp. Membantu petani untuk bekerja efisien, karena tidak perlu membeli pestisida dalam mengendalikan hama tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar kemauan petani sendiri, selain itu motivasi petani menerapkan teknologi produksi kakao juga didorong oleh keberadaan pihak lain, seperti anjuran penyuluh, dorongan keluarga dan melihat petani lain yang berhasil dalam usahataninya.
Penerapan Teknologi Produksi Kakao
            Penerapan teknologi produksi kakao oleh petani mencakup kegiatan pemangkasan dan penanaman pohon penaung, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, rehabilitasi tanaman kakao dewasa, serta panen dan pasca panen. Berikut data tingkat penerapan teknologi produksi kakao di tingkat petani dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.            Tingkat Penerapan Teknologi Produksi Kakao Di Tingkat Petani
Teknologi Produksi Kakao
Rataan Skor*
Pemangkasan tanaman dan penanaman pohon penaung
Pemupukan berimbang
Pengendalian hama dan penyakit ramah lingkungan
Rehabilitasi tanaman kakao dewasa
Panen dan pasca panen
1,93
2,65
1,40
1,55
1,88
Total rataan skor
1,88
Keterangan: *Rataan skor 1,00 – 1,66 = rendah, 1,67 – 2,33 = sedang, 2,34 – 3,00 = tinggi

            Kegiatan pemangkasan dan penanaman pohon penaung dalam pengimplementasiannya di tignkat petani termaasuk kategori sedang. Kegiatan petani kadang – kadang dilaksanakan oleh petani dengan teknis yang sesuai anjuran, hal ini dikerjakan jika petani tidak disibukkan oleh kegiatan pada usahatani lain, sedangkan untuk kegiatan penanaman pohon penaung tidak dilanjutkan, karena sudah pernah menanam pohon penaung. Jenis pohon penaung yang ditanam berupa pohon kelapa, pisang dan gamal.
            Pada umumnya petani selalu melakukan pemupukan. Kegiatan pemupukan yang diterapkan termasuk kategori tinggi. Pemupukan tanaman kakao telah dilaksanakan sesuai rekomendasi pemupukan, baik jenis, dosis, cara dan waktu pemupukan. Beberapa petani telah beralih kepada pemupukan organic dikarenakan pupuk yang digunakan seperti pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi mudah di dapat, dan cukup tersedia di daerahnya. Karena pada umumnya petani juga memeilhara ternak seperti sapi, kambing dan unggas. Penggunaan pupuk organic dirasakan petani dapat mengurangi biaya produksi dibandingkan dengan pupuk an-organik.
            Kegiatan pengendalian hama dan penyakit ramah lingkungan yang dilakukan petani termasuk kategori rendah. Kegiatan penyarungan,pemeliharaan semut hitam, dan sanitasi kebun pernah dilaksanakan oleh petani, namun beberapa kegiatan tidak dilanjutkan. Petani yang tidak melanjutkan kegiatan penyarungan memberikan alas an bahwa lahan yang dimiliki mempunya kelembaban yang cukup tinggi, sehingga buah yang disarung menjadi berjamur dan rusak. Pengendalian dengan cara pemeliharaan semut hiram tidak diteruskan dengan alas an umpan yang digunakan untuk menarik semut hitam diganggu oleh tikus. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kendala yang dihadapi petani diatas adalah dengan menerapkan teknologi secara intensif.
            Pada kegiatan rehabilitasi tanaman kakao dewasa yang dilaksanakan petani termasuk kategori rendah. Rehabilitasi tanaman dalam dalam hal ini terdiri atas sambung samping dan sambung pucuk, pada umumnya petani telah melaksanakannya. Petani yang tetap melaksanakan sambung pucuk sekitar 5% dan sambung samping dilaksanakan oleh petani sekitar 2,5%. Adapun petani yang tidak meneruskan kegiatan karena dari beberapa pohon yang disambung hasil sambungannya tidak berhasil (tidak hidup), maka beberapa petani enggan mencobanya kembali. Faktor penyebab lainnya yang dikemukakan adalah pohon kakao mereka yang akan disambung dan dijadikan pohon induk sudah tua (diatas 10 tahun) dan sulit untuk memperoleh bibit unggul yang akan dijadikan entris. Kondisi ini terkait dengan dengan kemampuan petani dalam melakukan penyambungan, mengingat bahwa kegiatan penyambungan merupakan perpaduan antara keterampilan, seni dan ketekunan. Selain itu kegiatan penyambungan harus dibarengi dengan komponen teknologi lainnya, sehingga walaupun umur tanaman kakao >10 tahun masih dapat berproduksi. Muchtadi dan Hunaefi (2008) menyatakan bahwa tanaman kakao dapat terus berbuah sampai umur tanaman mencapai 50 tahun dengan pemanenan dua kali dalam satu tahun.
            Kegiatan panen dan pasca panen yang dilakukan petani termasuk kategori sedang. Pada umumnya petani selalu melakukan panen dengan tepat yakni memetik buah kakao yang telah masak, dan sebanyak 40% petani yang tidak melakukan pemanenan buah dengan tepat. Buah yang telah dipetik atau dipanen diperam terlebih dahulu guna mengurangi kandungan lender yang melapisi biji kakao.
            Kegiatan pasca panen lainnya adalah fermentasi biji kakao. Fermentasi biji kakao merupakan kegiatan yang sangat menentukan mutu pada tanaman kakao. Kegiatan ini bertujuan untuk mematikan biji, dan pembentukan cita rasa dan aroma khas cokelat di dalam biji kakao.
            Peningkatan penerapan teknologi produksi kakao di tingkat petani diupayakan melalui pelaksanaan kegiatan yang lebih intensif, terutama pada komponen teknologi yang penerapannya masih rendah.  

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5437/2009sga.pdf?sequence=4

0 komentar:

Posting Komentar