MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN
TEKNOLOGI
PRODUKSI KAKAO
Motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri petani baik yg berasal dari dalam diri atau dari luar diri seseorang
untuk menerapkan teknologi produksi kakao. Distribusi petani responden
berdasarkan tingkat motivasi dalam menerapkan teknologi produksi kakao
disajikan dalam Tabel 1. Motivasi petani kakao dalam menerapkan teknologi
produksi kakao berada pada kategori sedang, baik motivasi instrinsik maupun
motivasi ektrinsik.
Tabel 1. Distribusi Petani Respoden berdasarkan
Tingkat Motivasi dalam Menerapkan Teknologi Produksi Kakao
|
Motivasi
|
|
Rataan Skor*
|
|
Instrinsik
Memenuhi
kebutuhan
Menjalin
pergaulan
Merasa
dihargai
Bersemangat
Menyenangkan
Kemauan
sendiri
|
1,93
2,38
2,10
2,05
2,38
2,10
|
2,15
|
|
Ekstrinsik
Mengutamakan
mutu produk
Bekerja
efektif
Tingginya
harga kakao
Tidak
merugikan
Bekerja
efisien
Anjuran
orang lain
|
2,15
2,15
2,23
2,00
2,03
1,78
|
2,05
|
|
Total Rataan Skor
|
|
2,10
|
|
Keterangan: *Rataan skor 1,00 – 1,66 =
rendah, 1,67 – 2,33 = sedang, 2,34 – 3,00 = tinggi
|
||
Tabel 1. Menunjukan bahwa motivasi
petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao adalah sedang. Demikian pula
dengan motivasi petani karena merasa dihargai, bersemangat dalam bekerja, dan
atas kemauan sendiri, sedangkan motivasi petani dalam menerapkan teknologi
produksi kakao karena membantu menjalin pergaulan dan menyenangkan dalam
bekerja termasuk kedalam kategori tinggi.
Petani merasa bahwa dengan
menerapkan teknologi tersebut menjadikan buah-buah kakao menjadi lebih baik,
antara lain kuantitas buah bertambah, dan kualitas buah lebih baik, sehingga
dari hasil penjualannya diperoleh harga yang lebih tinggi dan petani merasa
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari/kebutuhan pokoknya. Melalui
penerapan teknologi tersebut petani juga merasa sangat mudah dalam menjalin
pergaulan dalam masyarakat, karena petani yang telah menerapkan teknologi
menjadi tempat bertanya bagi petani lain yang belum menerapkan. Siagian (2004)
menyatakan bahwa kegairahan kerja seseorang akan meningkat apabila ia diterima
sebagai anggota suatu kelompok, perasaan demikian menimbulkan kemauan untuk
memberikan sumbangsih yang lebih kepada kelompok untuk mencapai tujuannya.
Petani yang dijadikan sebagai tempat
bertanya bagi petani lain, membuat petani yang telah menerapkan merasa dihargai
dalam masyarakat, selin itu kuantitas dan kualitas hasil panen yang diperoleh
melalui penerapakan teknologi produksi kakao menjadi bahan pembicaraan di
kalangan petani dan petani lain memberi pujian menyangkut hasil panen tersebut.
Petani kakao merasakan bahwa penerapan teknologi membuat petani menyenangkan
dalam bekerja. Teknologi pemupukan yang diberikan pasa saat pelatihan membuat
petani menjadi tahu tentang tekbis dan dosis pupuk yang harus digunakan,
sehingga dengan demikian petani dapat memperikirakan biaya yang harus
dikeluarkan dan menghitung hasil yang akan diperoleh, hal ini merupakan salah
satu yang menyenangkan dan membuat semangat petani kakao dalam bekerja.
Kemauan sendiri cukup mendorong
petani untuk melakukan penerapan teknologi produksi kakao, yang berarti bahwa
pada umumnya petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao karena atas
kemauan sendiri, bukan karena dipaksa atau terpaksa. Petani menyadari
pentingnya menerapkan teknologi produksi kakao dalam memperbaiki usahataninya.
Motivasi petani menerapkan teknologi
produksi kakao karena mengutamakan mutu produk, bekerja efektif, tingginya
harga kakao, bekerja efisien, tidak merugikan, dan anjuran orang lain termasuk
kategori sedang. Petani merasa bahwa mengutamakan mutu produk cukup mendorong
untuk melakukan penerapan teknologi. Mutu produk hasil penerapan teknologi
salah satunya dapat dilihat dari buah kakao yang sehat, mengandung biji yang
sehat, tidak kempes, tidak melekat satu sama lain, serta berisi. Berikut buah
kakao yang sehat dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar
1. Buah Kakao yang Sehat

Petani merasa dengan menerapkan
teknologi produksi kakao cukup memberikan keuntungan. Keuntungan yang dirasakan
tidak hanya berupakan keuntungan finansial, tetapi juga keuntungan non
finansial dengan bertambahnya pengetahuan serta keterampilan petani melalui
penerapan teknologi tersebut. Selain itu adanya urutan-urutan kegiatan dalam menerapkan
teknologi produksi kakao dinilai dapat membuat peni bekerja secara efektif,
misalnya kegiatan pengaplikasian pupuk dilakukan setelah pemangkasan tanaman.
Demikian pula dengan pemeliharaan semut hitam sebagai upaya pengendalian hama
helopeltis spp. Membantu petani untuk bekerja efisien, karena tidak perlu
membeli pestisida dalam mengendalikan hama tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan atas dasar kemauan petani sendiri, selain itu motivasi petani
menerapkan teknologi produksi kakao juga didorong oleh keberadaan pihak lain,
seperti anjuran penyuluh, dorongan keluarga dan melihat petani lain yang
berhasil dalam usahataninya.
Penerapan Teknologi Produksi Kakao
Penerapan teknologi produksi kakao
oleh petani mencakup kegiatan pemangkasan dan penanaman pohon penaung,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, rehabilitasi tanaman kakao dewasa,
serta panen dan pasca panen. Berikut data tingkat penerapan teknologi produksi
kakao di tingkat petani dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel
2. Tingkat Penerapan Teknologi Produksi Kakao Di
Tingkat Petani
|
Teknologi Produksi Kakao
|
Rataan Skor*
|
|
Pemangkasan
tanaman dan penanaman pohon penaung
Pemupukan
berimbang
Pengendalian
hama dan penyakit ramah lingkungan
Rehabilitasi
tanaman kakao dewasa
Panen
dan pasca panen
|
1,93
2,65
1,40
1,55
1,88
|
|
Total rataan skor
|
1,88
|
Keterangan: *Rataan skor 1,00 – 1,66 =
rendah, 1,67 – 2,33 = sedang, 2,34 – 3,00 = tinggi
Kegiatan pemangkasan dan penanaman
pohon penaung dalam pengimplementasiannya di tignkat petani termaasuk kategori
sedang. Kegiatan petani kadang – kadang dilaksanakan oleh petani dengan teknis
yang sesuai anjuran, hal ini dikerjakan jika petani tidak disibukkan oleh
kegiatan pada usahatani lain, sedangkan untuk kegiatan penanaman pohon penaung
tidak dilanjutkan, karena sudah pernah menanam pohon penaung. Jenis pohon
penaung yang ditanam berupa pohon kelapa, pisang dan gamal.
Pada umumnya petani selalu melakukan
pemupukan. Kegiatan pemupukan yang diterapkan termasuk kategori tinggi.
Pemupukan tanaman kakao telah dilaksanakan sesuai rekomendasi pemupukan, baik
jenis, dosis, cara dan waktu pemupukan. Beberapa petani telah beralih kepada
pemupukan organic dikarenakan pupuk yang digunakan seperti pupuk kandang yang
berasal dari kotoran sapi mudah di dapat, dan cukup tersedia di daerahnya.
Karena pada umumnya petani juga memeilhara ternak seperti sapi, kambing dan
unggas. Penggunaan pupuk organic dirasakan petani dapat mengurangi biaya
produksi dibandingkan dengan pupuk an-organik.
Kegiatan pengendalian hama dan
penyakit ramah lingkungan yang dilakukan petani termasuk kategori rendah.
Kegiatan penyarungan,pemeliharaan semut hitam, dan sanitasi kebun pernah
dilaksanakan oleh petani, namun beberapa kegiatan tidak dilanjutkan. Petani
yang tidak melanjutkan kegiatan penyarungan memberikan alas an bahwa lahan yang
dimiliki mempunya kelembaban yang cukup tinggi, sehingga buah yang disarung
menjadi berjamur dan rusak. Pengendalian dengan cara pemeliharaan semut hiram
tidak diteruskan dengan alas an umpan yang digunakan untuk menarik semut hitam
diganggu oleh tikus. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kendala yang
dihadapi petani diatas adalah dengan menerapkan teknologi secara intensif.
Pada kegiatan rehabilitasi tanaman
kakao dewasa yang dilaksanakan petani termasuk kategori rendah. Rehabilitasi
tanaman dalam dalam hal ini terdiri atas sambung samping dan sambung pucuk,
pada umumnya petani telah melaksanakannya. Petani yang tetap melaksanakan
sambung pucuk sekitar 5% dan sambung samping dilaksanakan oleh petani sekitar
2,5%. Adapun petani yang tidak meneruskan kegiatan karena dari beberapa pohon
yang disambung hasil sambungannya tidak berhasil (tidak hidup), maka beberapa
petani enggan mencobanya kembali. Faktor penyebab lainnya yang dikemukakan
adalah pohon kakao mereka yang akan disambung dan dijadikan pohon induk sudah
tua (diatas 10 tahun) dan sulit untuk memperoleh bibit unggul yang akan
dijadikan entris. Kondisi ini terkait dengan dengan kemampuan petani dalam
melakukan penyambungan, mengingat bahwa kegiatan penyambungan merupakan
perpaduan antara keterampilan, seni dan ketekunan. Selain itu kegiatan
penyambungan harus dibarengi dengan komponen teknologi lainnya, sehingga
walaupun umur tanaman kakao >10 tahun masih dapat berproduksi. Muchtadi dan Hunaefi
(2008) menyatakan bahwa tanaman kakao dapat terus berbuah sampai umur tanaman
mencapai 50 tahun dengan pemanenan dua kali dalam satu tahun.
Kegiatan panen dan pasca panen yang
dilakukan petani termasuk kategori sedang. Pada umumnya petani selalu melakukan
panen dengan tepat yakni memetik buah kakao yang telah masak, dan sebanyak 40%
petani yang tidak melakukan pemanenan buah dengan tepat. Buah yang telah
dipetik atau dipanen diperam terlebih dahulu guna mengurangi kandungan lender
yang melapisi biji kakao.
Kegiatan pasca panen lainnya adalah
fermentasi biji kakao. Fermentasi biji kakao merupakan kegiatan yang sangat
menentukan mutu pada tanaman kakao. Kegiatan ini bertujuan untuk mematikan
biji, dan pembentukan cita rasa dan aroma khas cokelat di dalam biji kakao.
Peningkatan penerapan teknologi produksi
kakao di tingkat petani diupayakan melalui pelaksanaan kegiatan yang lebih
intensif, terutama pada komponen teknologi yang penerapannya masih rendah.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5437/2009sga.pdf?sequence=4







0 komentar:
Posting Komentar